Saturday, February 11, 2012

Harga Minyak Naik, Jualan Mobil di Arab Subur

Dealer termewah Roll Royce ada di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab melihat potensi pasar yang besar di Timur Tengah.

Arab Saudi - Biasanya, kalau harga minyak dunia naik pasti penjualan mobil turun. Secara teori ekonomi, kenaikannya memicu inflasi dan berujung pada penambahan biaya hidup. Tapi, kondisi itu tak berlaku di Timur Tengah, kecuali Bahrain dan Syria yang lagi "panas" . Justru saat harga minyak dunia naik, masyarakatnya berlomba-lomba beli mobil baru.

Terutama di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, penjualan mobil menanjak! Seperti diketahui, sepanjang 2011, harga minyak dunia naik rata-rata 6,7 persen hampir menembus 100 dollar per barrel. Hasilnya, kantong pendapatan negara makin tebal karena ekspor minyak di seluruh dunia.

Nah, pemerintah Arab Saudi punya kebijakkan untuk membagi-bagikan keuntungan negara ini langsung pada masyarakatnya untuk menambah kesejahteraan dan menghindari pemberontakkan. Salah satu warga negara Abdullah Saeed, yang bekerja di perusahaan ivestasi di Arab Saudi misalnya ditemui di dealer Audi di Riyadh untuk mengganti kendaraan sebelumnya Q7. "Biasanya, kalau terjadi penambahan gaji oleh pemerintah, orang-orang pasti beli mobil baru," jelas Abdullah, seperti dilansir Bloomberg News (8/2/2012).

Selain memberikan bonus langsung pada seluruh masyarakatnya, Pemerintah Arab Saudi juga berencana menghabiskan 130 miliar dolar AS (Rp1.168,7 triliun) di sektor pendidikan, kesehatan sehingga menggerakkan eknomi negara dan menciptakan 66.000 lapangan kerja baru. Alokasi belanja negara ini dipastikan memicu pertumbuhan transportasi dan ujungnya peningkatan pembelian mobil baru.

Hal serupa dilakukan pemerintah Uni Emirat Arab yang berencana menggelontorkan dana investasi 1,9 miliar dolar AS (Rp17,081 triliun) untuk infrastruktur pembangunan tempat tinggal di Dubai. Tujuannya, lagi-lagi untuk menjaga kestabilan sosial di masyarakat sehingga tetap patuh pada pemerintah. Bahkan, pegawai negeri sipil mendapatkan kenaikkan gaji sampai 60 persen dan pihak berwenang seperti Kepolisian dan Militer meningkat pemasukannya dua kali lipat  lebih (120 persen).

Terbalik

Situasi pasar otomotif di Timur Tengah memang unik, karena berbanding terbalik dengan negara lain pengimpor minyak. Karakteristik ini dilihat potensial bagi sebagian besar prinsipal otomotif dunia. China yang dikenal sebagai negara dengan pasar otomotif terbesar dunia saja, tahun ini pertumbuhan penjualan mobil diprediksi turun. Apalagi Eropa yang lagi bergulat dari krisis ekonomi, banyak merek mulai menutup pabriknya dan mengalihkan investasinya ke Asia Tenggara. Sedangkan di Timur Tengah, pasar mobil diprediksi mencapai 1,28 juta unit tahun ini.

Nah, kesempatan ini dilirik bukan oleh merek eksotis seperti Porsche atau Rolls-Royce, justru agresivitas datang dari produk massal, seperti Ford. Merek AS itu  bergegas masuk ke pasar Timur Tengah dan membidik kelas menengah yang menopang kegiatan ekonomi. "Karena kelas menengah akan lebih berjaya sekarang," jelas Direktur Penjualan Ford Timur Tengah, Murad Hussein.

Ford, tahun lalu menanamkan modal 53 juta dolar AS (Rp476,4 miliar) di Dubai untuk menambah enam jaringan pemasaran. Selain itu, Toyota juga baru meluncurkan Yaris dan Camry di pasar lokal. "Kami juga berencana membuka dua show room baru tahun ini," tambah Simon Firth, Managing Director Distributor Toyota di Uni Emirat Arab.

KompasOtomotif


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment